Inilah sebuah goresan tinta
Mewakili segala keprihatinan yang mendera
Wujud nyata ungkapan senandung
kata
Untuk sebuah prahara
Yang sedang melanda negriku,
Yang berslogankan “tanah surga”
katanya
Ku coba sejenak renungi
Meresapi dalam renungan panjangku
Tuk menyelami arti makna kata
Dari kenyataan yang menyesakkan dada
Dari ilusi yang membuatku ngeri,
Nada goresan syair puisi ini
Ku persembahkan kepadamu
Sebagai tanda penghormatanku
Tentang segala rintih keluh kesahmu
Ku lukiskan untaian kata
Yang mungkin dirasa sederhana
Namun penuh arti dan harapan
Terlahir di lubuk hati sanubari
Dari kenyerian relung-relung jiwa
Yang menderu !!!
Menyeru !!!
Laksana halilitar menyambar
Mengglegar di bumi pertiwiku
Seakan-akan menggugah para
penghuni negri ini
Tuk membuka mata dan hati
Bahwa dirimu disana
Sedang merasakan kegersangan dunia
Harapan
kalian adalah kegembiraan
Untuk sebuah masa depan
Yang ingin kau persembahkan
Kepada keluaga
Serta sanak saudara di kampung halaman
Yang entah apa caranya
Asal halal kaupun rela
Berpisah lama
Pergi ke tanah asing arabia
Tanah peradaban yang belum pernah kau temui
Entah apa kenyataan pahit ini
Walaupun tak pernah kau ingini
Perpisahan yang menyakiti
Tapi tanpa kau sadari
Kaulah pahlawan sejati
Untuk mencari nafkah
Pergi berhijrah
Namun tak apa asal itu berkah
Bahwa jalan hidup
Memang harus kau sadari
Bukan untuk diratapi
Bukan untuk disali
Dan bukan pula ditangisi
Ingatlah pada Ilahi ya Robbi
Sang pengengam hati
Yang mampu tuk membolak-balikan
Perangaian di hati
Dimana selalu punya cara
Untuk melakukan hal-hal
Yang melewati batas pikir manusia
Malam ini
Malam semakin larut
Aku menatap bulan yang perlahan tertutup awan
Mewakili segenap rasaku yang
sedang kalut
Memikirkan persoalan ketidak
adilan
Keserakahan duniawi, membunuh hati nurani
Hilang akal tak terganti
Hilang moral apalagi
BUTA HATI
Para pejabat yang tega berbuat
korupsi
Tak memikirkan hak rakyat
Yang perlu tuk dikasihani,
Terlebih pada wanita yang terdampar di negri asing
Yang rela demi gejala perut
ekonomi
Dia memutuskan untuk pergi
Pada sebuah perantauan
Untuk mewujudkan sebuah mimpi-mimpi
Yang terpatri dalam sanubari
Mimpi hidup layak dikemudian hari
Makan tiga kali sehari
Mimpi dapat menyekolahkan anak
Hingga ke perguruan tinggi
Ya mimpi-mimpi itulah yang akhirnya menguatkan nyali
Perempuan-perempuan luar bisa
Tenaga kerja wanita di luar negeri sana
Kau terus bekerja
Demi rupiah
Dan demi keluarga
Kau ingin mencari nafkah
Namun tak pernah di upah
Meski kau berjuang di jalan Allah
Menerjang caci dan makian
Bahkan sebuah penyiksaan
Terbungkam oleh beribu-ribu ancaman
Menjadi bulan-bulanan para majikan
Yang tak berperi kemanusiaan
Seyetan …
Pukulan …
Cambukan …
Adalah rintihan yang menyakitkan
Sampai darah memancar
Akibat dera cambuk dan seyetan yang menyiksa
Serta ketidakbiadaban
Menorehkan luka mengganga
Dengan mengerang kesakitan
Tak didulikan tuan,
Dimana letak rasa kemanusiaan?
Dia tak berperasaan
Namun kau tetap bertahan
Menahan gelombang parang
Menetes air mataku
Menyaksikan kisah-kisah haru biru
Seakan jiwa kemanusia telah terhapuskan
Sifat kehewanian terbiaskan
Wahai pekerja TKW
Tapi kau tak peduli
Hidupmu dirundung pilu bertubi-tubi
Namun semua itu tak kau rasa
Wahai wanita perkasa
Wanita mandiri berdaya guna
Meski harus merasakan sakit
Dan menahan pedih yang kian menjelma
Kau coba untuk bangkit
Dan tegar menghadapi
Kenyatan pahit memilukan ini
Pedih…
Sakit …
Yang kau rasa
Semakin menyatu
Menusuk dan menyayat sekujur tubuhmu
Jikalaupun sakit itu sudah tak
tertahankan
Ketakberdayaan terabaiakan
Luka mengga itu terlimpahkan
Beban penyiksaan terpendam
Bak termuntahkan
Seakan naluri kewanitaan tersingkiran
Terlihat deruh kengerian
Demi sakit yang tak termaafkan
Kau lakukan perlawanan
Namun semua itu kau lakukan
Tanpa sebuah perencanaan
Tanpa sebab kesengajaan
Terbakar bara api kebenaran
Seolah ,
Kewajaran telah dibalikkan
Mungkin hanya sebuah doa dan sedikit aksara
Mampu jadikan dirimu bangga sebagai pahlawan devisa
Di tengah keheningan
Di dinginya kehidupan
Dalam kebekuan fikiran
Ku beranjak dari tidurku
Yang sejak tadi malam
Masih tergambar ingatan
Sesosok bayangan kelam
Terngiang lantunan nyanyian
Tindakan nyata pembelaan
Hai para mujahid muda
Tegakkan keadilan
Satukan paji islam
Dalam satu barisan
Mari bersama berjuang
Kita junjung keadilan
Ku tersadar dalam lamunan
Segera ku tunaikan shalat tahajud
Untuk sejenak berharap
Dapat meringankan beban
Tuk para pejuang keadilan
Di kerintihan doa malam
Ya allah
Bagimulah segala puji
Engkaulah penegak langit dan bumi
Dan alam semesta segala isinya
Bagimulah segala puji
Engkau raja penguasa langit dan bumi
Bagimulah segala puji
Pemencar cahaya langit dan bumi
Bagimulah segala puji
Engkaulah lah yang hak
Dan janji-mu adalah benar
Dan perjumpaan-mu adalah hak
Dan neraka adalah hak
Dan nabi itu hak benar
Dan Nabi Muhamad saw adalah benar
Dan saat hari kiamat itu benar
Ya Allah…
Kepada-Mu lah
kami berserah diri
Kepada jalan kami kembali
Dan kepada-Mu lah kami rindu
Dan kepada-Mu lah kamu berhukum
Ampunilah kami atas segala keselahan
Kesalahan yang sudah kami lakukkan
Dan yang sebelumnya
Baik yang kami sembunyikan
Maupun yang kami nyatakan
Engkau Tuhan yang terdahulu
Dan Tuhan yang terakhir
Tiada tuhan melainkan engkau
Allah Rabbul Alamin
Tiada daya dan kekutan
Melainkan dengan Allah.
Bergetar rasa di dada
Seakan jiwa ini merasa tergugah
Untuk sejenak memerangi
Dalam perang kebatinan ini
Tentang…
Nasib para pahlawan devisa
Yang sekali lagi…
Dirinya dirundung prahara,
Malang benar nasibnya
Hidup terlunta-lunta
Walau nyawa itu taruhannya
Ketika mata tak mampu membeda
Tangan tak mampu meraba
Mulut membisu seribu bahasa
Hati menggulana
Kemana ini?
Para penguasa negri
Yang tak mau mengerti
Masihkah kau...
Menutup mata dan hati?
Bahwa dirinya kini
Tengah terpenjara
Di balik jeruji besi
Sungguh bagaikan hujan gerimis
Takkala itu hatiku teriris-iris
Bagaikan sayatan sembilu
Mengena pada tubuhku
Air mataku mengalir
Entah apa rasanya
Sakit yang tak tertahankan
Serta takut yang tidak bisa ku lukiskan
Derita seorang wanita perantauan
Dirundung pilu dan kehampaan
Tak terbayang akan keriduanmu
Kapada anak dan suamimu
Yang kau tinggal sejak tiga tahun lalu
Setiap kali menulis, setiap itu pula
Goresan tulisan ini basah tertetes tangis
Dan setiap kali menitikan air mata
Setiap itu pula hati ini terluka
Namun apalah daya
Terpendam dalam nestapa
Berpadu dalam balutan doa
Berharap kan ada
Sesosok pemimpin yang cendikian bersahaja
Sebagai penawar luka
Bahtera pelabuh jiwa yang terlunta
Tapi apalah artinya setumpuk kata-kata
Bila tak memberi makna pada jiwa
Yang kehilangan arah tak berpedaya
Yang kehilangan ruang sejak lama
Untuk mengucapkan tanda-tanda
Ah… hampir semua mati rasa
Terbelenggu kerasnya fatamorgana
Kepada siapa
Harus meminta?
Memelas belas kasihan
Oh Tuhan…
Perjuangan ini penuh derita
Perjuangan ini penuh makna
Perjungan ini tak sia-sia
Namun terhianat
Oleh pemimpin yang tidak bijaksana
Apakah pantas memipin negara
Yang aman sentosa
Tenaga pekerja wanita
Disana kau tengah mendidik
Memintarkan anak orang lain,
Sementara anakmu
Disini haus akan kasih sayang
Juga suamimu
Yang rindu akan sentuhan serta belaian kasih sayang
Pulanglah wahai sayang, kata suamimu
Aku rindu akan sosok perannmu
Sebagai istri dan seorang ibu
Pendidik dari anak-anakmu,
Sebagai generasi bangsa
Indonesia tanah air nan perwira
Tanah tumpah darah gema ripah loh jiwi
Indonesia mengharap kepulangnmu
Negri ini kaya sebenarnya
Seribu harapan pasti kan ada
Tanpa demikian mustahil percaya
Ribuan mutiara tersimpan di dalamnya
Yang mampu menjadi harapan putra putri bangsa
Membutuhkan wanita-wanita yang hebat nan perkasa
Ketika risalah hati ini bertanya,
Siapa yang akan bertanggung jawab atas semua ini?
Tiada seorangpun yang menjawab
Berfikir dalam diam, termangu dalam kelam
Hati ini seakan menjerit
Ingin rasanya ku teriakkan
Serta kuluapkan segala amarah dan emosiku
Terhadap kebencian para penguasa nergi ini
Dengan ku katakan
Masih adakah cermin kejujuran dan keadilan?
Bagi kita rakyat yang butuh uluran
Butuh siraman dalam kekeringan
Butuh pupuk untuk penyuburan
Dalam kegersangan kehidupan
Sebagai penutup luka lama
Yang kini kembali menganga
Andai diriku sang ksatria,
Aku sudah pasti menyelamatkannya.
Aku sudah pasti menyelamatkannya.
Menyelamatkan dari diskriminasi
yang menyakitkan
Indonesia negara hukum
Negara yang menjunjung tinggi
keadilan,
Namun itu hanya bualan belaka
Indonesia negara pancasila
Ketuhanan landasan pokok utama
Menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan
Menggengam erat rasa persatuan
Memegang teguh asas kerakyatan
Berpedoman bijak pada keadilan
Namun semua itu hanya hiasan
belaka
Yang tertempel di
dinding-dinding gedung pemerintahan
Meraka acuh dengan idologi dasar
negara
Yang menjadi pijakan dasar
kehidupan berbangsa
Menjadi penghunus pedang
ketidakadilan
Kini fakta tiada dusta
Banyak koruptor melalang buana
Namun tiada kapok dan jera
Tiada takut neraka apalagi
penjara
Gelora korupsi tiada terbendung
Kapankah indonesia bebas dari
korupsi
Inikah pertanda
Indonesia di ujung kepiluan
Roh iman tergusur tiada bersinar
Rasa malu hilang
Rasa kebangsaan luntur
Kita tak mau itu,
Namun tatanan negeri ini benar-benar rusak
Rusak karena pemimpin yang tak mampu memimpin
Rusak karena saling merebut kekuasaan
Rusak karena pemimpin yang tak mampu memimpin
Rusak karena saling merebut kekuasaan
dengan segala cara tanpa etika
Kabut hitam yang menyelimuti
fikiranku
Seolah tak mau pergi dari
kehidupanku
Entah sampai kapan ini akan
berakhir
Terlalu letih aku menyelami permasalahan
ini
Yang tak pernah bertepi
Yang tak pernah berujung
Hidup tanpa arah tujuan pasti
Hanya sisa-sisa nafas yang masih
bertahan
Di reruntuhan palung terdalam
Aku tak tau…
Atas segala kepalsuan
Yang terjadi
Biarlah… Barlah…
Semua ku serahkan padamu Tuhan
Penegak keadilan yang haqiqi
Dalam kepasrahanmu
Sepotong asa kau tautkan pada Robb-mu
Dalam setiap takbirmu
Dalam setiap rukukmu
Dalam setiap sujudmu
Dalam setiap doa-doa
yang kau panjatkan
Dalam setiap helaian nafas
Dalam detik dan menit
Bergulirnya waktu
Asma Tuhan-mu
Selalu kau sebut,
Tuk mengutakan jiwa ragamu
Menitih kehidupan menuju
Bekal keabadian
Oh…, Tuhanku aku rindu kedamaian negriku
Tentang hak asasi sebagai manusia di dunia
Kini aku hanya bisa berharap keadilan itu ada
Dan berlaku untuk saudara sebangsa setanah air
Yang tertindas waktu
Di peraduan singasana
Aku yakin dan percaya
Asa itu masih ada
Impian jua kan jadi nyata
Selama nafas masih berhembus
Dan selama jantung masih berdetak
Dan selama itu pun
Aku kan tetap berupaya
Menjunjung peradilan yang ada
Demi kita waga Indonesia
Merdeka…!!!
Merdekakan jiwa dan raga
Oh Tuhan…
Perjuangan ini penuh derita
Perjuangan ini penuh makna
Perjungan ini tak sia-sia
Pemimpin negriku harapan bangsa
Harapan kita yang teraniaya
Asal kau tau pemimpin pemimpinku
Pasirpun bisa tergerus oleh terpaan angin yang besar
Jangan seperti air di atas daun talas
Tapi jadikanlah sifatmu
lakyaknya karang yang kuat
Meski ombak besar menghantam
kerasnya dinding
Kau harus pegang teguh
pendirianmu
Jangan tergoyah oleh apapun,
Genggam erat pancasilamu
Mencoba bangkit dalam lumpur kenistaan
Mencoba berdiri dari keterpurukan yang semkin mendalam
Mencoba untuk membersihkan hati
Dari kotornya dosa kehidupan
Dahulukan kepentingan rakyatmu daripada golonganmu
Kau sekarang hidup untuk kami bukan golonganmu
Ingatlah banyak jutaan jiwa menaruh harapan padamu
Kau sekarang hidup untuk kami bukan golonganmu
Ingatlah banyak jutaan jiwa menaruh harapan padamu
Kami hanya manusia yang tidak berdaya
Jangan kau manfaatkan ketidak berdayaan ini
Kami semua percaya kamu bisa bantu kesulitan ini
Kami hanya ingin jalani dengan kecukupan bukan kekurangan
Aku merindukan pemimpin yang mampu memimpin
Aku merindukan pemimpin yang berani, tanggap, cerdas, dan merakyat
Sehingga rakyat benar-benar bebas dari penderitaan
Jangan kau manfaatkan ketidak berdayaan ini
Kami semua percaya kamu bisa bantu kesulitan ini
Kami hanya ingin jalani dengan kecukupan bukan kekurangan
Aku merindukan pemimpin yang mampu memimpin
Aku merindukan pemimpin yang berani, tanggap, cerdas, dan merakyat
Sehingga rakyat benar-benar bebas dari penderitaan
Wahai pemipin banpemimpin baru
Harapan masa depan
Wujudkanlah mimpi kami
Mimpi kita
Dan mimpi bangsa dan negara
Membinasakan keserakahan
Dan mengentaskan nasib rakyat
dari kesengsaraan
1.
Karni bin Medi Tarsim (36), Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) warga RT 5/4 No 5 Desa Karangjunti, Kecamatan Losari,
Kabupaten Brebes, dikabarkan mendapatkan vonis hukuman mati dari Pengadilan
Kota Yanbu, Arab Saudi. Vonis itu dijatuhkan karena Karni dinyatakan terbukti
bersalah telah membunuh anak majikannya. Karni dinyatakan bersalah telah
membunuh anak majikannya Tala Al-Shehri (4) pada September 2012 lalu. Anak
majikan Karni itu dibunuh dengan disembelih leher memakai pisau dapur.
2.
Inilah nasib warga negara Indonesia
yang menjadi TKI. TKI disayang dan disebut penyumbang terbesar devisa negara,
selain pajak, ekspor, industri dan sebagainya. Ketika TKI tersangkut hukuman
mati, mengapa sulit kita membela warga negara kita. Ini adalah
ketidakadilan bagi rakyat Indonesia dan inilah sebuah negara yang sangat
mengecewakan bagi warganegaranya. Sementara para koruptor yang dengan
tertawa-tawa dan senyum lebar tak ada hukuman mati untuknya.
Sumber:http://www.dumaiheadlines.com/2013/10/17/tki-ku-sayang-tki-ku-malang/
3.
Lembaga swadaya masyarakat Migrant Care
mendesak pemerintah Indonesia untuk segera melakukan diplomasi politik, untuk
menyelamatkan tenaga kerja Indonesia Wilfrida Soik dari ancaman vonis mati yang
akan dijatuhkan Pengadilan Malaysia pada 30 September.
Sumber:http://nasional.kompas.com/read/2013/10/16/1218450/Hukuman.Mati.Mengancam.265.TKI.ke.Mana.Pemerintah.
4.
Menguapnya
penyelesaian kasus yang menimpa Tenaga Kerja Indonesia
(TKI) dinilai akibat lemahnya wibawa pemerintah. Ketidak tegasan pemerintah
menuntaskan kasus, membuat TKI terus didera problematika."Pembelaan
terhadap TKI tidak dilakukan tuntas, ini memperlihatkan ketidakwibawaan
pemerintah," ujar Analis Kebijakan Migrant Care, Wahyu Susilo, Ahad
(11/11).
Sumber:http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/mdbhtg-penyelesaian-kasus-tki-menguap-lemahnya-wibawa-RI
5.
Tenaga kerja wanita (TKW) yang diperlakukan secara
kejam oleh majikannya, hak-haknya tak diberi sehingga mereka memilih melarikan
diri. Harusnya perwakilan Indonesia di Arab Saudi (Makkah dan Madinah) segera
membantu, memberikan tempat yang layak, sembari kasusnya ditangani secara
serius.
Kasus seratusan orang WNI terlantar dan
terlunta-lunta di kolong jembatan jelas sangat memalukan bangsa Indonesia. Di
satu sisi, Indonesia sebagai negara terbesar jumlah penduduk muslimnya
merupakan pengirim jamaah haji terbesar ke tanah suci, namun di sisi lainnya
juga pengekspor ‘’babu’’ terbesar pula.
6.
“Korupsi
bidang kehutanan terus terjadi, dan makin dahsyat. Modusnya juga makin canggih,
dan kerugian negara terus meningkat. Kalau teman-teman ICW menyebut kejahatan
di sektor kehutanan selama kurun waktu 2011-2012 mencapai Rp691 triliun, itu ada benarnya. Saya malah memperkirakan mencapai Rp1000
triliun,” kata kata Koordinator Sekretariat Jaringan Kerjasama Pelestarian Hutan
Indonesia (Skephi) Ir Indro Tjahyono kepada Harian
Terbit di Jakarta, Senin (28/10). Sumber: http://www.harianterbit.com/2013/10/28/kpk-jangan-diam-korupsi-kehutanan-rp1-000-triliun/.
0 komentar:
Posting Komentar